Archive for the ‘PANDUAN PRAKTIKUM’ Category


KARTU PEMBORAN TANAH

 

No. Pemboran             :

Tanggal                       :

Surveyor                      :

Lokasi                         :

Bentuk Wilayah          :

Satuan Fisiografi         :

Penggunaan Lahan      :

Kedalaman Efektif     :

Lereng/Relief              :

Bahan Induk               :

Drainase                      :

URAIAN PENAMPANG
TANAH

Simbol Horizon atau Lapisan
Kedalaman
Warna
Tekstur
Tingkat Pelapukan
Motling

Jumlah

Ukuran

Warna

Vegetasi

Catatan : 

  

KARTU PENGAMATAN PROFIL 

No. profil                    :

Tanggal                       :

Surveyor                      :

Lokasi                         :

Bentuk Wilayah          :

Satuan Fisiografi         :

Penggunaan Lahan      :

Kedalaman Efektif     :

Lereng/Relief              :

Bahan Induk               :

Drainase                      : 

Horizon atau Lapisan

Kedalaman

Uraian Penampang

     

 

 

 

     

 

 

 

     

 

 

 

     

 

 

 

     

 

 

 

     

 

 

 

 Catatan :


a. Alat-alat dan bahan :

Bahan yang digunakan terdiri dari larutan kalium dikromat 1 N, larutan barium klorida 0,5 %, asam sulfat pekat, sakarosa baku, serta tanah 0,5 gr lolos ayakan 5 mm.  Alat yang digunakan terdiri dari neraca analitik, pipet takar, pipet gondok, gelas ukur 100 ml dan 25 ml, tabung reaksi, Erlenmeyer dan spektrometer.

b. Prosedur kerja :

Sakarosa baku sebanyak 29,68 g dilarutkan dengan air suling dalam labu ukur 250 ml.  Kemudian dipipet berturut-turut 5, 10, 15, 20 dan 25 ml, selanjutnya dimasukkan kedalam 5 buah labu ukur 100 ml dan diencerkan hingga 100 dengan air suling.  Pipet masing-masing larutan yang telah diencerkan tersebut sebanyak 2 ml dan masukan ke dalam 5 buah Erlenmeyer.  Erlenmeyer itu berturut-turut mengandung 5, 10, 15, 20 dan 25 mg C.  Selanjutnya timbang 0,25 g contoh tanah dan masukkan kedalam Erlenmeyer, lalu tambahkan 10 ml kalium dikromat (K2Cr2O7) 1 N dan 20 ml asam sulfat pekat (H­2SO4), digoyang hingga tercampur dan diamkan selama 30 menit.  Setelah 30 menit tambahkan 100 ml Barium klorida (BaCl2) 5% sehingga asam sulfat mengendap menjadi Barium sulfat (BaSO4), diamkan selama satu malam hingga jernih.  Hal ini juga dilakukan tehadap larutan sukrosa baku, dan diamkan selama satu malam.  Setelah itu pindahkan larutan kedalam tabung reaksi dan masukkan kedalam kuvet dan lakukan pengukuran dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 µm, kemudian catat transmitan dan konversikan kembali ke absorban.   Lalu buat kurva baku berdasarkan kepekatan C sakarosa baku dari 0 – 25 mg.  Tentukan kadar C-organik melalui kurva.

c. Perhitungan :

 v   % C-Organik                     = mg C Kurva/mg Sampel * 100 % * kka

v   % Bahan Organik            = 1,72 * % C- organik


Ada banyak cara atau metoda yang dapat digunakan untuk menentukan BV (Berat Volume/Bulk density), TRP (Total Ruang Pori) dan KA (KAdar Air) suatu tanah, salah satunya dengan menggunakan metode ring. Metode ini saya rasakan cukup mudah dan simple untuk dilakukan, terlebih jika sample tanah yang digunakan banyak. Cara menentukan BV, TRP dan KA suatu tanah dengan menggunakan metode ring yaitu sebagai berikut :

a.      Alat – alat dan bahan :

Contoh tanah utuh dalam ring sampel, Oven, Timbangan dan Eksikator.

b.      Prosedur kerja :

Timbang contoh tanah utuh (yang dari lapangan) + ring = (BBR), diletakkan dalam cawan poselen atau cawan alumunium atau kaleng. Panaskan dalam oven dengan suhu 1050 C sampai beratnya konstan atau selama kurang lebih dari 48 jam. Timbang berat tanah kering + ring = (BKR), Buang tanah dan bersihkan ring, lalu timbang berat ring (=BR), dan tentukan volume ring (πr2t).  Volume ring = volume tanah (ukur diameter ring bagian dalam). Berat Basah Tanah (BB) = BBR – BR . Berat Kering Tanah (BK) = BKR – BR

c.    Perhitungan :

  • BV               =  BK/Volume Tanah  gcm-3
  • % TRP       = 1 –(BV/BJ)  x 100 %   ……..bila kandungan BO ≤ 1 %
  • % TRP       = 1 –(BV/(BJ – (0,02 x % BO))) x 100 % ……..bila kandungan BO ≥1 %
  • % KA         = (BB-BK)/BK x 100 %

Penetapan tekstur tanah dapat di lakukan baik di lapangan maupun di Laboratorium. Cara penetapan tekstur tanah di lapangan telah dijelaskan pada tulisan sebelumnya, sedangkan untuk analisis tekstur tanah di Laboratorium akan dijelaskan kali ini dengan menggunakan metoda pipet dan ayakan.

Prinsip kerja dari metoda ini, yaitu meliputi :

1. Tahapan Degradasi (pemisahan butiran tanah dari agen pengikatnya).

2. Tahapan Dispersi (pembebasan butiran tanah menjadi butiran-butiran tunggal).

3. Tahapan Fraksionasi (pemisahan butiran tanah berdasarkan ukuran).

Adapun cara menetapkan tekstur tanah di laboratorium adalah sebagai berikut :

a. Alat dan Bahan

Alat yang diguanakan terdiri dari tabung silinder 1000 ml, pipet gondok,  ayakan 50 µm, gelas ukur 200 ml, cawan aluminium, eksikator, oven, neraca analitik, tungku pemanas (hotplate), gelas piala 1000 ml, dan pipet tetes. Bahan yang dibutuhkan adalah  tanah lolos ayakan 2 mm sebanyak 10 gr, H2O2 6 % dan 30 %, HCl 0,4 N, Asam asetat 99 %, Na- Hexamethafosfat 0,0006 N  , dan aquadest.

b. Prosedur Kerja :

            Sampel tanah yang telah diayak 2 mm ditimbang 10 g dan dimasukkan ke dalam gelas piala 1000 mL, kemudian ditambahkan 30 mL H2O2 10 % dan 6 tetes Asam asetat.  Gelas tersebut ditutup dengan gelas arloji dan biarkan semalam.  Selanjutnya ditambahkan lagi 10 mL H2O2 30 % dan dipanaskan di atas penangas air sampai buihnya habis.  Larutan HCl 0,4 N ditambahkan sebanyak 45 mL, dikocok dan dibiarkan semalam, airnya dibuang dan ditambahkan lagi aquadest, diulangi sampai tiga kali.  Selanjutnya ditambahkan 20 mL Na-hexametaphosphate 10 %, kemudian dikocok dengan pengocok horizontal selama 30 menit. Setelah itu disaring basah dengan ayakan 50 mikron dan cairannya ditampung dengan gelas ukur 1000 mL, maka diprolehlah pasir, pasir tersebut dimasukkan ke dalam cawan aluminium yang telah diketahui beratnya lalu diovenkan pada suhu 105° C selama 24 jam sampai kering kemudian dipindahkan ke dalam eksikator selama 15 menit dan ditimbang, maka diperoleh berat pasir kering (a gram).

Cairan dalam gelas ukur saringan tadi dicukupkan menjadi 1000 mL, kemudian dikocok sampai homogen dan dipipet sebanyak 20 mL pada kedalaman 5 cm lalu dimasukkan ke dalam cawan aluminium kemudian dipanaskan di atas tungku pemanas sampai airnya habis.  Selanjutnya dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105° C selama 24 jam, lalu ditimbang maka diperoleh berat debu dan liat (b gram).

Larutan dalam gelas tadi dikocok sampai homogen dan dibiarkan selama 3 jam 36 menit dengan suhu 27° C (diletakkan pada bak sedimen).  Selanjutnya dipipet 20 mL sedalam 10 cm lalu dimasukkan ke dalam cawan dan dikeringkan di atas tungku pemanas sampai airnya habis lalu diovenkan pada suhu 105° C selama 24 jam.  Setelah itu ditimbang berat keringnya, maka diperoleh berat liat (c gram).  Hitung berat debu sehingga diperoleh persentase pasir, debu, dan liat.

c. Perhitungan  :

Misalkan  berat pasir (a) , berat debu + liat (b) dan berat liatnya (c), maka :

  •    Berat debu            = (b – c) x 50               ………………….. d
  •    Berat liat               = c x 50                       ………………….. e
  •    Berat total (T)       = a + d + e
  •    %  P                       = a/T x 100 %
  •    %  D                      = d/T x 100 %
  •    %  L                      = e/T x 100 %

Dari hasil perhitungan persentase pasir, debu dan liat, lalu diproyeksikan pada segitiga tekstur menurut USDA, maka didapat kelas tekstur tanah tersebut.